Jumat, 30 Desember 2011

Makalah Post SC Atas Indikasi Letak Sungsang


SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI LETAK SUNGSANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998). Sedangkan Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Pada ibu hamil dengan letak janin sungsang ditambah lagi dengan indikasi belum pernah SC, kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin besar maka untuk ibu dianjurkan agar melakukan operasi Seksio Sesarea.
Ditambah lagi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran makin berkembang terutama di bidang kandungan, banyak penanganan yang mungkin dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak anak. Salah satunya yaitu melakukan operasi SC.
Untuk itu, penulis ingin mengangkat kasus ibu hamil dengan kelainan letak anak ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh berbagai pihak.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah
a. Mengetahui tentang pengertian, penyebab, komplikasi serta penatalaksanaan letak sungsang
b. mengetahui langkah langkah serta manajemen dari pasien yang mengalami letak sungsang





BAB II
PEMBAHASAN

A. SECTIO CAESAREA
1. Definisi Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).
Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah :
a. Sectio caesarea abdominalis
1) Sectio caesarea transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Sectio caesarea vaginalis

Operasi ini biasanya dilakukan tim yang melibatkan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi, dan bidan. Dalam Operasi Caesar, ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu persatu, sehingga jahitannya berlapislapis
Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini Kasdu, 2003).

2. Etiologi Secsio Caesarea
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
3) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
b. Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).

3. Tipe insisi uterus
(1) Insisi pada segmen bawah rahim
• Insisi transversal ( trans peritoneal profunda )
• Insisi vertical ( low vertical incisions )
Insisi yang dilakukan pada segmen bawah rahim, seringkali merupakan operasi yang terpilih, dengan keuntungan :
• Kehilangan darah sedikit
• Lebih mudah diperbaiki
• Jarang menimbulkan ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya
• Tidak menyebabkan perlengketan pada omentum
Persiapan insisi :
• Rambut pada abdomen dicukur mulai permukaan mons pubis sampai di atas umbilikus
• Kandung kecing dikosongkan
• Lapangan operasi seluruhnya disikat dengan sabun detergen
• Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
 Insisi abdominal :
Insisi vertical pada linea mediana
 Insisi dimulai sedikit diatas margo superior sampai dekat umbilicus dengan ukuran disesuaikan dengan taksiran berat anak
 Insisi dilakukan sampai tampak fasia M. Rektus anterior
 Jaringan lemak dibebaskan sehingga fasia terlihat minimal 2 cm
 Fasia diperlebar keatas dan kebawah dengan gunting sesuai dengan irisan sebelumnya
 M. rektus abdominalis dan M piramidalis dipsahkan secara tumpul dan tajam sehingga tampak fasia transversalis dan peritoneum
 Fasia dan lemak prepetonialis dipisahkan dengan hati hati
 Peritoneum yang terdapat dibagian atas diklem dengan 2 hemostat dengan jarak 2 cm ke samping
 Peritoneum antara 2 klem ditarik dan dilihat serta diraba apakah ada omentum, usus dan vesika urinaria yang terjepit dan setelah itu baru peritoneum dibuka dengan hati hati.
Insisi pada batas atas rambut pubis ( Modified Planenstiel Incision )
 Insisi melengkug pada setinggi garis atas rambut pubis dan diperlebar sampai batas lateral M. rektus
 Jaringan sub kutan dipisahkan sehingge tampak fasia kira kira 1 cm
 Fasia kemudian diinsisi transfersal sesuia insisi sebelumnya
 Tepi superior dan inferior dipegang dengan klem
 Pembuluh darah antara otot dan fasia diklem, diikat dan dipotong
 M. rektus dipisahkan satu sama lain kemudian dibebaskan dari fasia transversalis dibawahnya serta dari peritonium.
 Peritonium di buka dengan membuat insisi vertikal pada garis tengah.
 Insisi uterus pada seksio sesarea trans peritoneal profunda / SCTPP
 Lapisan peritoneum yang secara khas agak longgar ( lapisan serosa ) diatas margo superior vesika urinaria yang menutupi segmen bawah uterus dijepit pada garis tengah di insisi dengan gunting.
 Guntig diselipkan di antara lapisan serosa dan miometrium di dorong ke arah lateral dari garis tengah dengan sebentar sebentar membuka gunting sebagian.
 Lapisan serosa yang lebarnya 2 cm dipisahkan serta kemudian di insisi
 Setelah dekat ke margo lateral pada tiap tiap sisi insisi diarahkan ke kranial
 Lipatan bawah peritonium diangkat dan vesika urinaria secara hati hati dipisahkan dari miometrium secara tumpul ( pemisahan vesika urinaria ini tidak boleh lebih dari 5 cm dan biasanya kurang dari itu oleh karena pada serviks yang sudah tipis bukan saja SBR yang terpotong tapi juga vagina yang dibawahnya dapat terpotong.
 Vesika urinaria ditarik kebawah simpisis dengan refraktor
 Uterus dibuka pada SBR 2 cm di atas vesika urinaria yang telah dibebaskan.
 Dibuat sayatan transversal sepanjang 2 cm atau separuh jarak antara ke dua margo lateralis. Sayatan dilakukan dengan sangat hati hati sehingga potongannya tidak terlalu dalam dan melukai bayi dibawahnya.
 Insisi diperlebar dengan menggunakan kedua telunjuk kea rah lateral
 Apabila pada insisi terdapat plasenta, plasenta harus dilepas atau diiris.
 Persalinan bayi
1. Bayi dalam presentasi kepala
- refrakor dilepas
- satu tangan operator diselpkan dalam kavum uteri, antara simpisisi dan kepala bayi, angkat kepala bayi dengan jari jari.
- Bahu dilahirkan dengan penekanan pada fundus
- Berikan infus oksitosin sampai uterus berkontraksi dengan baik
- Tali pusat segera diklem dan bayi diberikan pada asisiten
2. Bayi tidak dengan presentasi kepala
Dicari tungkai atau kaki lalu dilakukan ekstraksi kaki
3. Plasenta dilahirkan secara manual dengan pemijatan fundus
 Reparasi uterus
• Setelah plasenta lahir, uteru diangkat melalui lubang inisisi pada dinding abdomen yang ditutpi kain duk
• Inspeksi plasenta, cavum uteri di lihat serta digosok bagian dalamnya dengan kassa steril untuk menghilangkan selaput ketuban, verniks dan gumpalan darah
• Tiap tiap sudut insisi dilihat untuk mencari pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan
• Luka insisi uterus dapat ditutup dengan jahitan kromik kontinue
• Jahitan pertama diletakkan tepat dibelakang slah satu sudut inisisi, tiap jahitan menembus miometrim
• Jahitan bersimpul selanjutnya diteruskan sampai tepat dibelakang sudut insisi yang berlawanan
• Perapatan luka dilakukan dengan satu jahitan
• Jika belum yakin dan perdarahan masih terus berlanjut, maka tempatkan lapisan jahitan sedemikian rupa sehingga tercapai perapatan luka insisi atau dengan jahitan angka delapan

 Penutupan Abdomen
• Jika memakai laparatomi pack, maka diangkat dulu dan isi perut dibersihkan dari sisa darah dan cairan amnion dengan menggunakan suction
• Evaluasi abdomen
• Setelah penghitungan alat alat dengan benar, dinding abdomen ditutup
• Peritoneum ditutup dengan catgut kromik 00 dengan jahitan kontiniu
• M. rektus abdominalis dibiarkan terbuka
• Fasia yang ada diatasnya ditutp dengan jahitan satu satu memakai benang 0
• Subkutis dijahit plain 1/0
• Kulit dijahit dengan silk 3/0
• Luka operasi ditutp dengan kassa steril dan plester
Insisi klasik
Insisi dilakukan pada korpus uteri secara vertical diatas segmen bawah rahim.

4. Komplikasi Seksio Sesarea
1. Pada Ibu
a. Infeksi puerperal
b. Perdarahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri
c. Komplikasi komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru paru
d. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi ruptura uteri
2. Pada anak
Kematian perinatal pasca SC berkisar antara 4 – 7 %

B. LETAK SUNGSANG
1. Defenisi Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

2. Klasifikasi Letak sungsang
a. Letak bokong ( Frank Breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
b. Letak sungsang sempurna ( Complete Breech )
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki sempurna ( lipat kejang ).
c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech )
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
- kedua kaki = letak kaki sempurna
- satu kaki = letak kaki tidak sempurna
- kedua lutut = letak lutut smpurna
- satu lutut = letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
(1) Left sacrum anterior ( sakrum kiri depan )
(2) Right sacrum anterior ( sacrum kanan depan )
(3) Left sacrum posterior ( sacrum kiri belakang )
(4) Right sacrum posterior ( sacrum kanan belakang )
3. Etiologi letak sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai lebih kurang dari 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga kemungkinan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian, janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif lebih berkurang. Karena bokong dengan dua tungkai yang terlipat lebih besar dari kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruang yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Terdapat beberapa factor yang berperan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosephalus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, prematuritas, kelainan genetic, kelainan bentuk uterus, tumor uterus, implantasi plasenta di daerah fundus.

4. Diagnosis letak sungsang
(1) Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau di kanan.
(2) Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
(3) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba os sacrum, tuber ischii, anus, kadang kadang kaki.
Bedakan antara :
a. Jika teraba lubang kecil, tulang (-), isap (-), mekonium (+) maka artinya teraba anus
b. Jika mengisap, teraba rahang, teraba lidah artinya teraba mulut
c. Jika teraba tumit, sudut 90’, rata jari jari artinya teraba kaki
d. Jika teraba jari jari panjang, tidak rata, patella (-) artinya teraba tangan siku
e. Jika teraba petella dan poplitea artinya teraba lutut
(4) Pemeriksaan foto Rontgent : bayangan kepala di fundus

5. Prognosis Persalinan Sungsang
Zatuchni dan andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan sungsang dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai berikut :
0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab, kematian perinatal yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.











BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun yang dapat penulis simpulkan yaitu :
1. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
3. prognosis letak sungsang

0 1 2
Paritas primi Multi
Umur kehamilan > 39 Minggu 38 Minggu < 37 minggu
Taksiran berat anak >3630 3629 - 3176 < 3176
Pernah letak sungsang Tidak 1X > 2x
Pembukaan serviks < 2 cm 3 cm > 4 cm
station <-3 < -2 -1 atau lbh rendah

Arti nilai :
< 3 : persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam
> 5 : dilahirkan pervaginam

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. kepada masyarakat umumnya dan kepada ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah dideteksi kelainan kelainan yang terjadi misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam pertolongan.
2. kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya


DAFTAR PUSTAKA                                            

Ida, Bagus Gde Manuaba. 1998. ”Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. ” Sinopsis Obstetri”. Jakarta : EGC.

Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ” Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tiran, denise. 2006. “Kamus saku bidan”. Jakarta : EGC

http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/sectio-caesarea-atas-indikasi-letak.html

Makalah Pneumonia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah.
Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.







BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu.
Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

2.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara lain:
a.       Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.
b.      Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm.
c.       Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia. Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern.
d. Lingkungan tumbuh bayi
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat.
e.       Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

2.3 Tanda dan Gejala
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak selalu ditemukan demam dan batuk. Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar (Setiowulan, 2000).
Tabel 2.1. Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)
Umur anak
0-2 Bulan
2-12 Bulan

Napas Normal
30-50x/menit
25-40 per menit

Takipnea (Napas Cepat)
Sama atau > 60x/menit
sama atau > 50 x permenit





2.4 Patogenensis
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu : (1) stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.(4) stadium
resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

2.5 Manifestasi Klinik
Secara umum dapat dibagi menjadi :
a.       Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
b.      Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c.       Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah dan ronki.
d.      Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus(meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
e.       Tanda infeksi ekstrapulmonal.

2.6 Komplikasi
Dengan penggunaan anti biotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai, komplikasi yang ditemukan adalah : Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis, dan epiglotis kadang ditemukan pada infeksi H.influenzae tipe B.

2.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis, selain klinis,pemeriksaan yang mendukung diagnosis adalah
a.      Pemeriksaan Rontgen toraks
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan sebelum dapat ditemukan secara pemeriksaan fisis. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infitrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Foto Rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, etelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumatoraks, pneumomediastinum atau perikarditis.
b.      Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karna suhu yang naik dan sedikit torak hilin. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.



Pneumonia di bedakan atas :
-          Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum, harus di rawat di RS dan diberi antibiotika
-          Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum, harus di rawat di RS dan di beri antibotik.
-          Pneumonia : bila ada retraksi, tetapi napas cepat :
·         60x/menit pada bayi < 2 bulan
·         50x/menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
·         40x/menit pada anak 1-5 tahun
Tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral.
-          Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tida perlu antibiotik.
Bayi di bawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian sering terjadi.

2.8 Diagnosis Banding
Keadaan yang menyerupai pneumonia ialah: bronkiolitis, gagal jantung, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru, tuberculosis.

2.9 Pemeriksaan Penunjang
·         Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
·         Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
a.       Bercak konsolidasi merata pada Bronkopneumonia
b.      Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
c.       Gambaran Bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada pneumonia stafilokok
·         Pemeriksaan cairan Pleura
·         Pemeriksaan mikrobiologi, specimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau septum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura atau aspirasi paru.

2.10 Penatalaksanaan
·         Oksigen 1-2L/menit
·         IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9%=3:1,+KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
·         Jika sesak gtidfak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
·         Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
·         Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
·         Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
-Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
-Kloramfenikol 75mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
-Sefotaksim 100mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
-Amikasin 10-15mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
Tabel Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi
Mikroorganisme
Antibiotika
Streptokokus dan
Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
Stafilokokus
Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau

Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau

Seftriakson 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae
Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae
Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella
Sefalosforin
P.aeruginosa



2.11 Pengobatan sederhana di rumah
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita pneumonia antara lain :
a.       Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b.      Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c.       Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d.      Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2.12 Pencegahan
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut :
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan segera ke RS jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh semua anak karena harganya yang cukup mahal.
g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
1) Memiliki luas ventilasi sebesar 12 – 20% dari luas lantai.
2) Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
3)Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir


BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Setelah penguraian dan mebahas secara keseluruhan tentang Pneumonia pada anak maka dapat di simpulkan bahwa pneumonia merupakan radang pada paru yang Salah satu penyebab utamanya adalah Pneumococcus. Untuk menegakkan diagnosa os dapat melakukan rontgen dan hasil laboratorium.dan yang terpenting os juga harus segera di lakukan pemeriksaan di puskesmas atau RS untuk tindak lanjut yang adekuat.

  1. Saran
Bagi para orang tua jagalah kesehatan anak anda. Perhatikan lingkungan tempat tinggal anda, pola makan anak, Jauhkan dari asap rokok, asap sampah, serta polusi kendaraan bermotor. Vaksinasi merupakan upaya terpenting untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan penyakit ini. Jangan remehkan polusi udara berupa, asap rokok, asap knalpot, rumah lembab, serta lingkungan rumah yang tidak sehat. Gangguan lingkungan semacam itu bisa memicu pneumonia pada buah hati. Jadi mulai saat inilah sebaiknya anda lebih menjaga kesehatan anak anda.









DAFTAR PUSTAKA

1.      www.google.co.id
2.      Mansjoer, Arif . 2000. Jilid 2 Edisi 3. “Kapita Selekta Kedokteran” Jakarta :  Media Aesculapius FKUI